Setiap melihat gambar ini, miris rasanya melihat mereka anak-anak jalanan yang terampas waktunya untuk membantu ekonomi keluarga, mencari uang. Hak untuk mendapatkan pendidikan terampas sudah hanya karena faktor ketidakmampuan dari segi finansial. Padahal jika kita turun ke jalan dan mengenal langsung mereka, banyak dari mereka yang mempunyai keinginan untuk sekolah. Turun ke jalan bukanlah sebuah pilihan. Tapi karena himpitan ekonomi dan rasa tanggung jawab terhadap adik-adik mereka yang masih kecil. Mereka bersyukur sekali jika ada yang memberi 1000 atau 500 rupiah, tapi kebanyakan hanya memberi 100 perak . Turun ke jalan seperti terjun ke hutan rimba. Bagi anak jalanan perempuan, pelecehan seksual adalah hal yang paling ditakuti. Sehari dua hari mereka masih selamat dari pelecehan seksual, tapi bagaimana dengan hari-hari berikutnya???Ketika ada sebuah yayasan yang menaungi dan membimbing mereka, ada sebuah harapan muncul di wajah mereka. Harapan untuk tidak lagi turun ke jalan, melepaskan gelar sebagai anak jalanan, mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak, dihargai oleh semua orang, tidak ingin terpinggirkan dan selalu dituduh biang ketidaknyamanan para pengguna jalan, dll. Ungkapan-ungkapan tersebut memberi sebuah rasa optimis bagi pihak yayasan untuk mewujudkan jalan raya bebas anak jalanan. Tapi apakah ini hanya menjadi tugas yayasan saja???ini adalah PR untuk kita semua sahabat. Memajukan bangsa ini toh bukan hanya jadi tugas Presiden dan kabinetnya, namun merupakan kewajiban kesadaran moral yang harus dibangun dan di aplikasikan tanpa banyak menuntut balas jasa. Disinilah hati nurani dituntut untuk terpanggil, rasa Empati teraplikasikan dalam bentuk "apa yang bisa kita lakukan untuk mereka???" Mereka adalah saudara kita. Mereka adalah tanggung jawab kita. Dan mereka adalah tunas bangsa yang suatu hari akan membawa negara kita kearah yang lebih baik.

Diposting oleh fantasticfour-speedy Jumat, 07 Agustus 2009

0 komentar

Posting Komentar

Subscribe here